Keutamaan Surah Al-Ikhlas

Kamis, 26 Juli 2012

Alkisah, pada zaman Rasulullah, ada seorang lelaki mendengar seseorang membaca “Qul huwallaahu ahad” secara berulang-ulang. Lelaki itu lantas mendatangi Rasulullah dan menceritakan kejadian yang baru dilihatnya dengan nada seakan meremehkan surat Al Ikhlas.

Mendengar cerita tersebut, Rasulullah lantas bersumpah atas nama Allah, bahwa surat Al Ikhlas sesungguhnya memiliki nilai sebanding dengan sepertiga Al Quran. (HR. Bukhari)

Hal ini berdasarkan hadits :

Dari Abu Sa’id (Al Khudri) bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca dengan berulang-ulang ’Qul huwallahu ahad’. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar tadi mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada seakan-akan merendahkan surat al Ikhlas. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al Qur’an”. (HR. Bukhari no. 6643) [Ada yang mengatakan bahwa yang mendengar tadi adalah Abu Sa’id Al Khudri, sedangkan membaca surat tersebut adalah saudaranya Qotadah bin Nu’man.]

Dalam riwayat lain,


Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus seseorang kepada seorang budak. Budak ini biasanya di dalam shalat ketika shalat bersama sahabat-sahabatnya sering mengakhiri bacaan suratnya dengan ’Qul huwallahu ahad.’ Tatkala para sahabatnya kembali, mereka menceritakan hal ini pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lantas berkata,

”Tanyakan padanya, kenapa dia melakukan seperti itu?”
Mereka pun menanyakannya, dia pun menjawab,

”Surat ini berisi sifat Ar Rahman. Oleh karena itu aku senang membacanya.”

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,

”Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya.” (HR. Bukhari no. 7375 dan Muslim no. 813)

Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam

”Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya”. Beliau mengatakan, ”Maksudnya adalah bahwa sebab kecintaan Allah pada orang tersebut adalah karena kecintaan orang tadi pada surat Al Ikhlash ini. Boleh jadi dapat kitakan dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai sifat Rabbnya, ini menunjukkan benarnya i’tiqodnya (keyakinannya terhadap Rabbnya).” (Fathul Bari, 20/443)

Faedah dari hadits di atas:

Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan, ”Orang tadi biasa membaca surat selain Al Ikhlash lalu setelah itu dia menutupnya dengan membaca surat Al Ikhlash (maksudnya: setelah baca Al Fatihah, dia membaca dua surat, surat yang terakhir adalah Al Ikhlash, pen). Inilah yang dia lakukan di setiap raka’at. Kemungkinan pertama inilah yang nampak (makna zhohir) dari hadits di atas. Kemungkinan kedua, boleh jadi orang tadi menutup akhir bacaannya dengan surat Al Ikhlash, maksudnya adalah surat Al Ikhlas khusus dibaca di raka’at terakhir. Kalau kita melihat dari kemungkinan pertama tadi, ini menunjukkan bolehnya membaca dua surat (setelah membaca Al Fatihah) dalam satu raka’at.” Demikian perkataan Ibnu Daqiq. (Fathul Bari, 20/443)

Dalam kisah lain, Anas bin Malik meriwayatkan sewaktu ia bersama-sama Rasulullah SAW. di Tabuk. Pernah suatu ketika cahaya matahari terbit dengan redup tidak seperti hari-hari biasanya. Malaikat Jibril lalu datang dan Rasulullah pun menanyakannya tentang hal ini.

Malaikat menjawab bahwa matahari redup karena sayap malaikat terlampau banyak. Para malaikat sebanyak 70.000 ini diutus Allah karena ada seorang sahabat yang meninggal di Madinah. Sahabat itu semasa hidupnya banyak membaca surat Al-Ikhlas.

  • Abu Sa'id Al-Khanafi menerangkan:

"Surat ini dinamakan surat Al-Ikhlas, artinya bersih atau lepas, maka barang siapa yang membacanya dan mengamalkannya dengan hati yang ikhlas maka ia akan dilepaskan dari kesusahan-kesusahan duniawi, dimudahkan didalam gelombang sakaratulmaut, dihindarkan dari kegelapan kubur dan kengerian hari kiamat".
  • Ibnu Syihab Al-Zukhri menerangkan :

"Rasulullah Saw. bersabda : Siapa membaca suratul Ikhlas seolah-olah ia membaca sepertiga Al-Qur'an".
  • Riwayat dari Sayyidina 'Ali k.w.:

"Barang siapa membaca Suratul Ikhlas sebanyak 11 kali sesudah shalat subuh, maka setan tidak akan dapat menggodanya untuk berbuat dosa, meskipun setan itu dengan sungguh-sungguh hendak menggodanya pada hari itu".

  • Sayyidah 'Aisyah menerangkan : dari Nabi Muhammad SAW :

"Barang siapa membacanya sesudah selesai shalat jum'at; surat Al-Faatihah sebanyak 7 kali, surat Al-Ikhlas sebanyak 7 kali, surat Al-Falaq sebanyak 7 kali, dan surat An-nas sebanyak 7 kali, maka Allah SWT. akan melindunginya dari kejahatan sampai hari jum'at yang akan datang".

  • Dari Sayyidina 'Ali, :

"Rasullullah SAW bersabda : Barang siapa hendak pergi musafir, kemudian ketika hendak meninggalkan rumahnya ia membaca surat Al-Ikhlas 11 kali, maka Allah memelihara rumahnya sampai ia kembali".

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:

“Aku mimpi melihat KHidhir (as) pada malam besoknya perang Badar. Aku berkata padanya: ajarkan padaku sesuatu yang dapat menolongku dari musuh-musuhku. KHidhir (as) berkata: bacalah: Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa. Pagi harinya aku ceritakan kepada Rasulullah SAW. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Ali, engkau telah mengetahui Ismul A’zham (nama Allah yang paling agung).”

Kemudian Ismul A’zham itu mengalir di lisanku pada hari perang Badar. Perawi hadits ini mengatakan: Imam Ali (sa) membaca surat Al-Ikhlash kemudian membaca:

Wahai Dia yang tiada dia kecuali Dia, ampuni aku dan tolonglah aku menghadapi orang-orang kafir. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5: 700)

Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.(kitab Hayatun Quluubi)

Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca Al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.(kitab Tadzikaratul Qurthubi)

Imam Ja`far Ash-Shadiq (sa) berkata:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan tinggalkan membaca surat Al-Ikhlash sesudah shalat fardhu, karena orang yang membacanya Allah akan menggabungkan baginya kebaikan dunia dan akhirat, mengampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya serta dosa anaknya”. (Mafatihul Jinan 478)

Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata:

“Sangatlah banyak keutamaan bagi anak kecil jika dibacakan padanya surat Al-Falaq (3 kali), surat An-Nas (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali), jika tidak mampu (50 kali). Jika dengan bacaan itu ia ingin mendapat penjagaan, ia akan terjaga sampai hari wafatnya.” (Mafatihul Jinan: 479)

Imam Musa Al-Kazhim (sa) adalah putera Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husein bin Fatimah puteri Rasulullah SAW.

Dari Abu Darda’ dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al Qur’an dalam semalam?” Mereka mengatakan,”Bagaimana kami bisa membaca seperti Al Qur’an?” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.” (HR. Muslim no. 1922)

An Nawawi mengatakan,


Dalam riwayat yang lainnya dikatakan, ”Sesungguhnya Allah membagi Al Qur’an menjadi tiga bagian. Lalu Allah menjadikan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) menjadi satu bagian dari 3 bagian tadi.” Lalu Al Qodhi mengatakan bahwa Al Maziri berkata, ”Dikatakan bahwa maknanya adalah Al Qur’an itu ada tiga bagian yaitu membicarakan (1) kisah-kisah, (2) hukum, dan (3) sifat-sifat Allah. Sedangkan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) ini berisi pembahasan mengenai sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, surat ini disebut sepertiga Al Qur’an dari bagian yang ada. Ada pula yang mengatakan bahwa pahala membaca surat ini adalah dilipatgandakan seukuran membaca sepertiga Al Qur’an tanpa ada kelipatan. (Syarh Shohih Muslim, 3/165)

Apakah Surat Al Ikhlas bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an?
Maksudnya adalah apakah seseorang apabila membaca Al Ikhlas sebanyak tiga kali sudah sama dengan membaca satu Al Qur’an 30 juz? [Ada sebagian orang yang meyakini hadits di atas seperti ini.

SESUATU YANG BERNILAI SAMA, BELUM TENTU BISA MENGGANTIKAN.

Itulah surat Al Ikhlas. Surat ini sama dengan sepertiga Al Qur’an, namun tidak bisa menggantikan Al Qur’an. Salah satu buktinya adalah apabila seseorang mengulangi surat ini sebanyak tiga kali dalam shalat, tidak mungkin bisa menggantikan surat Al Fatihah (karena membaca surat Al Fatihah adalah rukun shalat). Surat Al Ikhlas tidak mencukupi atau tidak bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an, namun dia hanya bernilai sama dengan sepertiganya.

Sebab turunnya ayat-ayat surat Al Ikhlas adalah sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang musyrik yang mempertanyakan tentang sifat-sifat Allah.

Surat ke-112 Al Quran ini dinamakan Al Ikhlas karena berisikan ajaran keikhlasan (tauhid) kepada Allah SWT serta menjauhkan diri dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah).

Tafsir Surat Al Ikhlas: 1
Ayat pertama surat Al Ikhlas menyatakan keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Sebagai satu-satunya Tuhan, tentu saja Allah juga sebagai satu-satunya yang patut disembah. Tiada sekutu bagi-Nya.

Tafsir Surat Al Ikhlas: 2
Ayat kedua menyatakan bahwa Allah adalah tempat kita meminta. Satu-satunya tempat kita meminta. Artinya, kita menggantungkan segala sesuatu hanya kepada-Nya. Kita mutlak membutuhkan-Nya. Sebaliknya, tak sedikit pun Allah membutuhkan kita.

Tafsir Surat Al Ikhlas: 3
Ayat ketiga menyatakan bahwa Allah tidak memiliki anak, tidak pula dijadikan anak oleh siapa pun. Dengan kata lain, Allah tak memiliki ayah dan ibu.
Ayat ini merupakan bantahan terhadap perkataan tiga golongan sesat, yakni orang-orang musyrik, Yahudi, dan Nasrani. Orang musyrik menyebutkan malaikat sebagai putri Allah. Orang Yahudi menyebutkan Uzair sebagai anak Allah. Orang Nasrani menyebutkan Isa sebagai putra Allah.

Tafsir Surat Al Ikhlas: 4
Ayat keempat menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang dapat disamakan dengan Allah. Tak ada yang patut disandingkan dan dibandingkan dengan-Nya. Allah adalah zat yang tiada tara, tiada banding.

Itulah beberapa di antara fadhilah (keutamaan) dari surat Al Ikhlas.
(Dikumpulkan dari berbagai sumber)


0 comments:

Posting Komentar